Matanusa, Sukabumi – Lengser memegang peran sentral dalam serangkaian upacara adat pernikahan dengan nuansa Sunda di Matanusa. Dalam prosesi adat tersebut, lengser dihadirkan melalui mapag panganten.
Biasanya, peran lengser diemban oleh seorang pria yang dikenal sebagai Aki Lengser atau Ki Lengser, yang berfungsi sebagai tetua adat dan pemimpin upacara. Ki Lengser bekerja bersama pemain musik, pager ayu, prajurit, dan iring-iringan keluarga pengantin.
Mapag Panganten, yang dimulai dengan pengantin pria dan rombongan menuju pelaminan, menjadi momen di mana Ki Lengser dan lainnya menyambut dengan tarian. Eros Rosidin, seorang berusia 38 tahun dari Desa Mekarjaya, pemilik sanggar Giri Mekar 5, telah lama terlibat dalam pernikahan adat Sunda.
Menanggapi pro dan kontra terkait keberadaan lengser dalam Mapag Panganten, Eros Rosidin menyatakan, “Terjadi perdebatan mengenai kesakralan upacara pernikahan. Saya pribadi mengusulkan jalan tengah, menjaga keaslian Mapag Panganten sambil memberikan elemen hiburan.”
Meskipun sebetulnya Mapag Panganten tidak wajib, para penyelenggara acara ingin memberikan sentuhan istimewa bagi keluarga pengantin pria dan tamu undangan. Namun, di dalam perayaan, mereka ingin sesuatu yang spesial untuk memberikan kesan yang lebih mewah dan dihormati,” kata Eros Rosidin kepada matanusa.net pada Jum’at (12/01/24).
Eros Rosidin, yang terlibat sejak tahun 2009, berkomitmen mempertahankan lengser sebagai bagian dari warisan budaya Priangan. “Upacara adat Sunda adalah kekayaan budaya Jawa Barat yang harus dijaga. Semakin banyak generasi muda terlibat karena upacara ini menarik, juga menjadi mata pencaharian mereka,” tambahnya.
“Langkah ini merupakan upaya kita untuk mewariskan tradisi Sunda, khususnya Mapag Panganten, kepada generasi muda,” pungkasnya.