Matanusa, Sukabumi – Langit di atas Pantai Istiqomah, Citepus, Palabuhanratu, tampak suram, seolah ikut berduka atas nasib 87 jiwa yang bertahan di tenda-tenda darurat di atas pasir pantai. Di tengah kondisi yang memprihatinkan ini, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Sukabumi, Hamzah Gurnita, mendatangi lokasi pengungsian warga terdampak penggusuran, pada Kamis (6/2).
Tenda-tenda reyot yang bergoyang diterpa angin pantai menjadi saksi bisu penderitaan warga. Di sela tenda, beberapa anak kecil berlarian tanpa alas kaki, sementara orang dewasa duduk dengan wajah muram, menyiratkan kelelahan dan ketidakpastian.
Hamzah tampak tak bisa menyembunyikan kemarahannya. “Mohon maaf, saya baru tahu soal ini dari media. Pemerintah tidak melibatkan kami dalam proses ini. Padahal, kalau bicara rakyat, ada wakil rakyat! Kami saja dilangkahi oleh tim terpadu,” ujarnya dengan nada tinggi, matanya menatap lurus ke arah tenda-tenda kumuh di hadapannya.
Langkah Hamzah tak terhenti. Ia langsung menyusuri barisan tenda, menyapa satu per satu warga yang kehilangan tempat tinggal dan usaha mereka. Di sebuah sudut, ia berhenti di depan Ibu Pupun (55), yang duduk bersandar pada triplek lusuh.
“Saya nggak punya rumah lagi, Pak,” kata Pupun dengan suara bergetar. “Sudah belasan tahun tinggal di sini, sekarang saya tidur beralaskan triplek.”
Hamzah berjongkok di hadapan perempuan itu, mendengarkan setiap kata dengan saksama. Ia terdiam sejenak, lalu menepuk bahu Pupun dengan penuh empati. “Saya akan perjuangkan ini, Bu. Kita tidak boleh diam melihat ini.”
Hamzah menegaskan bahwa tindakan penggusuran ini tidak hanya soal aturan, tetapi juga soal rasa kemanusiaan. “Seharusnya pemerintah memikirkan dampak dulu, bukan mendahulukan pembongkaran tanpa solusi. Ini bukan hanya soal kebijakan, ini persoalan hak asasi manusia!” tegasnya dengan suara lantang.
Di tengah deru angin pantai yang menggoyangkan tenda-tenda rapuh, Hamzah mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sukabumi, Prasetyo.
“Saya minta Anda ke sini sekarang juga. Tidak bisa dibiarkan seperti ini. Harus ada solusi untuk masyarakat!” ujarnya dengan suara penuh tekanan.
Malam yang dingin semakin menambah penderitaan warga. Seorang ibu tampak menggigil sambil memeluk erat bayinya yang hanya dibalut selimut tipis. Di sisi lain, seorang kakek duduk termenung di atas tikar yang sudah sobek.
Hamzah menyampaikan, dirinya mendukung program pemerintah, tetapi tidak dengan cara yang mengorbankan rakyat kecil. “Saya mendukung program pemerintah, tapi jangan sampai rakyat jadi korban. Ini soal keadilan! Mereka wajib kita layani.”
Dengan mata yang berbinar penuh amarah sekaligus keprihatinan, Hamzah memastikan dirinya akan terus mengawal persoalan ini hingga ada solusi konkret dari pemerintah. “Saya tidak akan tinggal diam. Kita tunggu langkah nyata dari tim terpadu,” pungkasnya tegas.
Pantai Istiqomah kini tak hanya menjadi lokasi pengungsian, tetapi juga simbol perjuangan rakyat kecil yang menuntut keadilan di tengah kebijakan yang kerap tak berpihak pada mereka.