Matanusa, Sukabumi – Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai. Tradisi, kesenian, dan situs bersejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi menjadi cerminan jati diri masyarakatnya. Namun, di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, budaya lokal menghadapi ancaman pelunturan nilai.
Melihat hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Sukabumi, Yudi Mulyadi, mengingatkan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga warisan leluhur ini. “Budaya adalah jati diri kita. Jika generasi muda tidak mengenal budayanya sendiri, mereka bisa kehilangan identitasnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus melestarikan dan membanggakan budaya Kabupaten Sukabumi,” ujar Yudi, pada Jumat (7/2/25).
Tradisi-Teradisi yang Membawa Nilai Kehidupan
Kabupaten Sukabumi dikenal dengan ragam tradisi yang sarat makna. Setiap tradisi mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman hidup masyarakat. Berikut adalah beberapa tradisi unik dari Sukabumi yang patut dibanggakan:
- Ngadegkeun Bumi
Sebuah ritual yang dilakukan untuk pembangunan dan pengukuhan tanah. Tradisi ini mencerminkan penghormatan mendalam terhadap alam, mengingatkan manusia bahwa mereka adalah bagian dari lingkungan yang harus dijaga keberlanjutannya. - Sangu Kabuli
Upacara adat penyambutan tamu agung ini menjadi simbol keramahan dan penghormatan masyarakat Sukabumi. Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya lokal mengajarkan pentingnya sikap menghargai sesama. - Mulasara Nu Ngalahirkeun
Tradisi adat yang merayakan kelahiran seorang bayi. Prosesi ini diiringi doa-doa untuk kesejahteraan sang anak, sebagai pengingat bahwa kehidupan baru adalah anugerah yang harus dirawat dengan penuh cinta. - Mapag Lisung Anyar
Permainan rakyat yang dilakukan sebagai wujud kebersamaan. Tradisi ini menggambarkan kegembiraan masyarakat dalam bekerja sama dan menjaga hubungan sosial yang harmonis. - Seren Taun
Upacara adat panen padi yang merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Tradisi ini memperlihatkan hubungan erat antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. - Labuh Saji
Sebuah ritual masyarakat nelayan di Palabuhanratu untuk memohon keselamatan dan keberkahan saat melaut. Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang mengutamakan rasa syukur dan doa dalam setiap aktivitas.
Menurut Yudi, tradisi-tradisi ini adalah cerminan filosofi hidup masyarakat Sukabumi yang menjunjung tinggi harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Melestarikan Budaya di Tengah Arus Modernisasi
Di era digital saat ini, globalisasi menjadi tantangan terbesar dalam pelestarian budaya. Generasi muda, sebagai penerus bangsa, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi untuk menjaga keberlangsungan budaya lokal.
“Kita harus mengikuti perkembangan zaman. Generasi muda bisa mengenalkan budaya melalui platform digital, seperti membuat konten video, artikel, atau bahkan game yang berbasis budaya lokal,” ujar Yudi.
Ia juga menegaskan pentingnya program edukasi dan festival budaya sebagai sarana mengenalkan tradisi kepada masyarakat, khususnya kaum muda. Melalui pendekatan kreatif seperti ini, generasi muda diharapkan mampu menemukan kebanggaan dan rasa cinta terhadap budayanya.
Ajakan untuk Generasi Muda
Sebagai penutup, Yudi mengingatkan masyarakat untuk tidak menunggu hingga budaya tersebut tergerus zaman. Ia berharap generasi muda Sukabumi semakin mencintai tradisi daerah dan menjadikannya kebanggaan.
“Jangan sampai kita baru sadar betapa berharganya budaya setelah ia hilang. Mari kita jaga dan lestarikan bersama, karena ini adalah identitas kita, warisan leluhur yang tak tergantikan,” tegasnya.
Kabupaten Sukabumi kini membuka peluang besar bagi para pemuda untuk ikut serta melestarikan budayanya, membawa tradisi lokal menuju panggung global tanpa melupakan akar sejarah yang membentuk mereka.