Bendungan Jatigede: Pilar Baru Ketahanan Air, Pangan, dan Energi untuk Masa Depan

Kementerian PU Optimalkan Pemanfaatan Bendungan Jatigede untuk Ketahanan Air, Pangan, dan Energi. (Foto: Kementrian PU).

Matanusa, Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus menguatkan komitmennya untuk memaksimalkan potensi Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Proyek strategis ini tidak hanya mendukung ketahanan air dan pangan, tetapi juga menjadi sumber energi terbarukan yang diharapkan memperkuat infrastruktur negara dalam menghadapi tantangan masa depan.

Menteri PU, Dody Hanggodo, dalam peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede, Senin (20/1), menegaskan bahwa pemanfaatan bendungan ini jauh melampaui sekedar pengelolaan air. “Bendungan Jatigede akan terus menjadi sumber air minum, mendukung peternakan, dan memperkuat ketahanan pangan melalui jaringan irigasi yang lebih luas,” ujarnya.

Sebagai sumber irigasi utama, Bendungan Jatigede telah meningkatkan produksi pertanian dengan menyuplai air untuk lebih dari 87.000 hektar lahan pertanian di tiga kabupaten – Majalengka, Cirebon, dan Indramayu. Hal ini berdampak pada peningkatan produksi padi hingga dua setengah kali lipat. Selain itu, bendungan ini juga memenuhi kebutuhan air baku hingga 3.500 liter per detik untuk lima wilayah di Jawa Barat.

Tidak hanya untuk sektor pertanian, Bendungan Jatigede turut berperan dalam mereduksi banjir hingga 81,4%, memberi manfaat langsung pada masyarakat sekitar, dan menyediakan peluang wisata baru yang mendukung ekonomi lokal.

Salah satu inovasi penting lainnya adalah pemanfaatan energi terbarukan melalui PLTA Jatigede yang memiliki kapasitas 2×55 megawatt (MW). Selain itu, rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung berkapasitas 100 MW juga akan memperkuat ketahanan energi di kawasan ini.

Dengan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga, proyek ini diharapkan tidak hanya menyokong ketahanan nasional, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian target ekonomi Indonesia, termasuk penurunan ICOR, pengentasan kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.

Pos terkait