MATANUSA.NET JAWA TENGAH- Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo menyatakan kesiapannya untuk memberikan anak berkebutuhan khusus (ABK) ruang dan perhatian yang setara agar ke depannya bisa mandiri.
“Ini bisa diangkat menjadi kebijakan nasional. Saya bayangkan kalau model Sukoharjo ini bisa diterapkan, maka kalau ada anggota keluarga berkebutuhan khusus, mereka akan mendapatkan ruang, perhatian, dan ada harapan anak ini ke depannya bisa mandiri,” kata Ganjar saat mengunjungi Sanggar Inklusi Tunas Bangsa yang berada di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa.
Menurut Ganjar, Kabupaten Sukoharjo menjadi satu-satunya daerah yang memiliki sanggar inklusi untuk ABK di hampir seluruh kecamatan.
Pelayanan yang diberikan untuk para ABK antara lain terapi, kelas pengembangan, forum orang tua, program kemandirian, pemberdayaan ekonomi, pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan, kelas ruang terbuka (outing class), dan kerja sama dengan institusi perguruan tinggi.
Untuk ABK yang membutuhkan terapi dan pendampingan lebih lanjut, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo menyediakan tenaga medis untuk berkeliling di seluruh kecamatan agar bisa memaksimalkan pelayanan terhadap ABK.
Ganjar mengaku bakal mengadopsi program serupa untuk diberlakukan di seluruh daerah se-Indonesia.
“Terapisnya berkeliling ke 12 kecamatan. Ini model Sukoharjo bisa dibuat nasional sehingga anak-anak berkebutuhan khusus ini kelak bisa menjadi lebih mandiri,” ucap Ganjar.
Dalam debat capres, Ganjar juga memaparkan upaya pembangunan dengan terus merangkul seluruh kalangan termasuk kelompok disabilitas, sehingga sejalan dengan teori yang dikemukakan pasangan calon (paslon) Ganjar-Mahfud yakni “tidak ada seorang pun yang tertinggal” (no one left behind).
Hal itu telah dilakukan Ganjar saat menjabat Gubernur Jawa Tengah dua periode. Ganjar menjalankan Musyawarah Pelaksanaan Pembangunan (Musrenbang) dengan mengundang seluruh kalangan masyarakat untuk menyampaikan keluhan dan aspirasinya secara langsung di 35 kabupaten dan kota se-Jawa Tengah.
“Dalam debat kemarin saya ceritakan dalam perencanaan pembangunan kelompok disabilitas mesti dilibatkan dan teori no one left behind tidak ada yang tertinggal itu bisa dipraktikkan. Ini malah sudah praktik,” kata Ganjar.
Ganjar menggagas program “Sat Set Pendidikan Inklusif dan Kesetaraan” untuk meningkatkan eksistensi para penyandang disabilitas di berbagai daerah di Tanah Air.
Program yang awalnya sukses diterapkan di Jawa Tengah, selama 10 tahun kepemimpinan Ganjar Pranowo akan diimplementasikan secara nasional melalui 21 program kerja sat set Ganjar Pranowo – Mahfud MD, yaitu program “Disabilitas Mandiri Berprestasi”.
“Program sat set ini bergerak di berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Secara keseluruhan diarahkan untuk mewujudkan Indonesia sehat, terampil, dan berdaya,” kata Ganjar.
Program “Disabilitas Mandiri Berprestasi” tersebut melalui visi dan misi antara lain, kesetaraan di berbagai bidang yang meliputi pekerjaan dan upah, pendidikan, pelayanan publik, dan infrastruktur publik.
Ganjar mengatakan pengalaman dirinya sebagai Gubernur Jawa Tengah telah membuktikan pelibatan kaum difabel. Di sisi lain, pemerintah daerah wajib melibatkan kaum difabel, anak-anak, dan perempuan dalam pembangunan infrastruktur dan penyusunan rancangan peraturan daerah (raperda) tentang pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
“Saya sedikit punya pengalaman saat menjadi gubernur. Waktu itu, kelompok disabilitas adalah salah satu kelompok yang selalu kita ajak dalam musyawarah perencanaan pembangunan, di samping kelompok perempuan dan anak. Inilah cara membuat setara semuanya dan tidak ada yang ditinggalkan, no one left behind,” tegas Ganjar.