Kisah Pilu Keluarga Emad: Hidup di Bekas Kandang Sapi di Sukabumi

Emad (66) dan Ida (65), bersama cucu mereka, Amelia Rasfi (15), sudah satu tahun ini tinggal di sebuah gubuk bekas kandang sapi di Kampung Cimaja RT 14 RW 04, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Ist).

Matanusa, Sukabumi – Di tengah kemajuan zaman, masih ada keluarga yang harus hidup dalam keterbatasan ekstrem. Emad (66) dan Ida (65), bersama cucu mereka, Amelia Rasfi (15), sudah satu tahun ini tinggal di sebuah gubuk bekas kandang sapi di Kampung Cimaja RT 14 RW 04, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.

Gubuk berukuran 3×6 meter persegi ini dulunya adalah kandang sapi yang kini diubah menjadi tempat tinggal dengan dinding kayu dan bambu yang reyot. Tidak ada jendela, dan fasilitas MCK yang layak pun tidak tersedia. Kamar mandi di samping gubuk hanya dibalut kain sarung tanpa MCK, sementara lantai gubuk hanya berupa tanah.

“Sudah satu tahun di sini. Ya seperti ini, saya syukuri saja. Ini kalau kumpul bersama anak-anak ada empat orang satu rumah ini,” kata Ida saat ditemui wartawan, pada Jumat (24/5/204).

Ida menceritakan bahwa mereka sebelumnya sempat menyewa kontrakan, namun karena kesulitan ekonomi, mereka tidak bisa melanjutkan pembayaran. Akhirnya, atas inisiatif ketua RT dan warga setempat, mereka dipindahkan ke kandang sapi yang sudah lama tidak dipakai milik H. Duduh. “Kami koordinasi dengan pemiliknya H. Duduh, alhamdulillah tidak keberatan dan memperbolehkan,” jelas Ketua RT Suryana.

Dalam gubuk tersebut, hanya ada satu kasur yang digunakan bersama oleh ketiga penghuni. Kasur itu pun merupakan bantuan dari anak dan tetangga. Semua aktivitas, mulai dari tidur hingga memasak, dilakukan dalam satu ruangan yang sempit.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Emad dan Ida bekerja serabutan, mengandalkan pekerjaan yang ada, seperti mencari rumput ternak (ngarit). Namun, pekerjaan tersebut tidak selalu ada, sehingga mereka sering mendapat bantuan dari tetangga yang iba.

“Kalau untuk makan, seadanya, tetangga dan anak sering membantu,” kata Ida. “Kalau mau buang air besar ke sungai,” tambahnya.

Kepala Desa Pasiripis, Nandang Saiful Mikdar, S.sos, saat dikonfirmasi Buser Bhayangkara 74, membenarkan bahwa Emad adalah warganya dan saat ini pihak desa sedang mengajukan bantuan untuk keluarganya. “Yang jadi masalah, Emad adalah warga pindahan, jadi untuk mendapat bantuan dari dinas sosial kami sedang mengurus data kependudukannya,” pungkas Nandang.

Kisah keluarga Emad menggambarkan kerasnya kehidupan yang harus mereka jalani. Semoga perhatian dari pihak terkait dapat segera memberikan bantuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga ini.

Pos terkait