Matanusa, Sukabumi – Pemerintah Kota Sukabumi mengadakan pertemuan untuk membahas keberadaan cagar budaya di Kota Sukabumi, khususnya Rumah Pengasingan Bung Hatta. Pertemuan ini berlangsung di Ruang Rapat Sekretaris Daerah (Sekda), pada Senin (5/8/2024).
Pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Asisten II Setda Kota Sukabumi sekaligus Plh Sekda Kota Sukabumi, Hasan Ashari. Turut hadir Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, Punjul Saepul Hayat. Pertemuan ini merupakan permintaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Provinsi Jawa Barat.
“Cagar Budaya merupakan bagian dari warisan peradaban masa lampau Bangsa Indonesia secara umum dan bagi Kota Sukabumi secara khusus,” ujar Plh Sekda Kota Sukabumi Hasan Ashari. “Hari ini kami duduk bersama untuk membahas terkait pemeliharaan cagar budaya yang ada.”
Hasan menjelaskan bahwa beberapa waktu lalu, Pemkot Sukabumi mengajukan beberapa warisan budaya tak benda untuk dijadikan cagar budaya, salah satunya adalah rumah pengasingan Bung Hatta yang berada di Jalan Bhayangkara. Saat ini, bangunan tersebut merupakan aset milik Setukpa Polri. Hasan berharap bahwa rumah pengasingan Bung Hatta dapat menjadi cagar budaya tingkat nasional.
“Kami mengajukan beberapa warisan budaya tak benda, salah satunya bangunan Bung Hatta. Kita akan terus tingkatkan levelnya ke tingkat Nasional. Kehadiran BPK Wilayah IX diharapkan dapat mempercepat proses naik level,” terang Hasan.
Menurut Hasan, terdapat dua poin penting dalam menjaga kelestarian Cagar Budaya. Pertama, dukungan untuk penempatan cagar budaya hingga ke tingkat nasional, dan kedua, dukungan untuk juru pemeliharaan aset cagar budaya. Oleh karena itu, kolaborasi sangat penting,” tambahnya.
“Untuk menjaga kelestarian Cagar Budaya ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Harus ada kolaborasi bersama dengan berbagai unsur. Misalnya, menjalin kolaborasi dengan pemilik aset bangunan tersebut. Pasalnya, cagar budaya tidak hanya memiliki nilai kebendaan semata, namun juga mengandung nilai-nilai sosial, budaya, dan sejarah yang mempengaruhi dan dipengaruhi pola kehidupan masyarakat,” pungkas Hasan.