PT KCIC Dorong Pengalihan Pengetahuan Masinis Whoosh ke Tenaga Lokal

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dorong transfer knowledge masinis Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (Foto: Ist).

Matanusa, Bandung – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) kini berfokus pada pelaksanaan transfer knowledge atau pengalihan pengetahuan bagi masinis Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau yang dikenal dengan nama Whoosh. Diharapkan pada tahun 2026 seluruh posisi masinis dan teknisi Whoosh akan sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja lokal Indonesia.

Menurut General Manager Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunnisa, saat ini operasi Whoosh masih banyak bergantung pada tenaga kerja dari China. Tercatat ada sekitar 60 masinis asal China yang terlibat dalam operasional kereta cepat tersebut.

Untuk mengurangi ketergantungan ini, KCIC terus melakukan transfer pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan kemampuan serta kompetensi sumber daya manusia (SDM) lokal. Diharapkan proses ini akan rampung dalam 1-2 tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2026.

“Target kami dalam 1-2 tahun ke depan (2026), semoga seluruh operasi dan pemeliharaan Whoosh bisa ditangani oleh tenaga kerja lokal,” ujar Eva di Stasiun Tegalluar, Bandung, pada Senin (29/7/2024).

Saat ini, sebanyak 72 masinis Indonesia sedang menjalani proses pendidikan. Dari jumlah tersebut, 32 orang tengah mengikuti simulator dan 40 orang lainnya sedang menjalani on job training (OJT). Peserta OJT dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu konfirmasi, inspeksi, dan langsir.

Eva menjelaskan, proses pendidikan ini sudah dimulai sejak 2023. Awalnya, para masinis menjalani pendidikan teori selama enam bulan, diikuti oleh empat bulan pelatihan menggunakan simulator, dan akhirnya OJT di lapangan. OJT lapangan terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah observasi.

Pada tahap kedua, masinis mulai mengoperasikan Whoosh saat langsir di Depo Tegalluar, kereta konfirmasi sebelum jam operasional pertama dari Halim-Tegalluar pp, dan kereta inspeksi atau Comprehensive Inspection Train (CIT) Halim-Tegalluar pp dengan kecepatan hingga 350 km per jam. Kereta-kereta ini tidak berpenumpang.

Selanjutnya, pada tahap ketiga, masinis akan mulai mengoperasikan kereta berpenumpang, namun masih dalam pengawasan ketat. Setelah dinyatakan lulus, mereka akan mengikuti ujian sertifikasi.

“Mengoperasikan kereta tanpa penumpang pun melalui beberapa tahap. Awalnya mereka berlatih dengan kecepatan rendah, seperti dari Depo Tegalluar ke Stasiun Tegalluar. Setelah itu, mereka mulai berlatih dengan kecepatan tinggi dan jarak yang lebih jauh, tetap dengan pengawasan,” terang Eva.

Saat ini, proses OJT tahap kedua tengah berlangsung. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu 2-3 bulan ke depan, sehingga tahap ketiga bisa dimulai pada bulan Oktober. Pada bulan tersebut, masinis Indonesia diharapkan sudah bisa mulai mengoperasikan kereta berpenumpang.

“Ada tahapan tertentu hingga mereka memasuki proses sertifikasi, baru kemudian dinyatakan resmi sebagai masinis kereta cepat. Targetnya, OJT untuk membawa kereta penumpang mungkin sekitar 2 atau 3 bulan lagi (Oktober),” pungkas Eva.

Proses ini akan terus berjalan hingga para masinis mencatatkan 2.000 jam kerja mengoperasikan Whoosh. Seluruh masinis ini memiliki latar belakang sebagai masinis PT Kereta Api Indonesia (KAI) sehingga sudah berpengalaman dalam mengoperasikan kereta api.

Kontributor: Iwan.