Matanusa, Sukabumi – Debat cawapres pada 21 Januari 2024 menyita perhatian masyarakat, terutama setelah Mahfud MD mengeluarkan kalimat kontroversial terkait food estate. Kalimat tersebut, meski menjadi bahan lelucon, menimbulkan kritik terhadap kurangnya etika dalam forum debat yang seharusnya serius.
Forum debat, sebagai wadah pertukaran gagasan, menuntut peserta untuk menjaga etika komunikasi. Penggunaan bahasa formal, penyampaian pendapat yang didukung data akurat, dan sikap menghormati terhadap lawan debat menjadi kunci utama dalam menciptakan suasana yang kondusif.
Etika berkomunikasi melibatkan penghindaran bahasa yang mengandung SARA, slang, atau bahasa gaul. Sikap menghormati pendapat dan menjaga kelancaran alur debat adalah upaya untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi audiens.
Kesadaran akan audiens sangat penting, baik secara langsung maupun virtual. Intonasi dan volume suara yang tepat, serta penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, membantu menjaga ketertiban dan mempermudah audiens memahami poin-poin yang disampaikan.
Debat yang kondusif membutuhkan sikap profesional dan kepedulian terhadap manfaat yang akan diterima oleh masyarakat. Dengan menjunjung tinggi etika komunikasi, debat dapat menjadi forum edukatif, produktif, dan bermanfaat bagi semua pihak, serta memberikan dampak positif bagi kemajuan demokrasi dan peradaban bangsa.
Penulis: Lyra mahasiswi IPB jurusan komunikasi digital dan media.