Dibangun Peziarah, Jembatan Ini Tuai Sorotan di Karang Hawu Sukabumi

Jembatan Alor Mandung di kawasan Pantai Karang Hawu, Cisolok, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Istimewa).

Sukabumi | Matanusa.net – Sebuah jembatan beton lengkung dengan tulisan “Alor Mandung” berwarna emas kini menjadi perhatian publik setelah berdiri tegak di atas formasi karang alami di kawasan Pantai Karang Hawu, Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jembatan tersebut dibangun oleh seorang peziarah yang berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur.

Struktur jembatan ini menghubungkan dua spot ikonik di kawasan Karang Hawu, yaitu Sumur Tujuh dan Karang Ampar—dua lokasi yang sebelumnya hanya bisa diakses saat air laut surut. Kini, para pengunjung dapat menyeberanginya melalui jalur permanen yang berdiri langsung di atas laut.

Meskipun keberadaan jembatan ini menambah nilai estetika dan kenyamanan bagi wisatawan, kehadirannya justru memunculkan perdebatan sengit di media sosial. Banyak warganet mempertanyakan proses perizinan pembangunan yang berdiri di atas ekosistem karang, sebuah kawasan yang dikenal memiliki makna spiritual dan geologis penting.

Jembatan tersebut menjadi sorotan setelah sebuah unggahan dari komunitas sejarah memperlihatkan prasasti peresmian bertanggal 9 Januari 2025. Dalam prasasti tersebut tercantum nama dua tokoh: R.A. Bunda Ida Roffi dan R. Eko Condro Wijoyo, yang disebut-sebut sebagai pihak yang menggagas dan membiayai pembangunan jembatan itu.

Reaksi netizen pun beragam. Sebagian besar mempertanyakan legalitas dan dampak lingkungan dari proyek ini.

“Kalau ingin menjaga keaslian pantai dan karangnya, lebih baik tidak dibangun apa pun di atasnya, apalagi tanpa sepengetahuan publik,” tulis salah satu warganet.

Namun ada juga yang memberikan apresiasi, “Kalau ini dibangun dari dana pribadi, luar biasa! Jarang ada yang mau beramal sebesar ini,” ujar pengguna lainnya.

Asep Suhendrik (45), pengurus spiritual di kawasan Sumur Tujuh sekaligus bagian dari komunitas adat Keramat Winarum, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan itu merupakan bentuk sedekah dari seorang tokoh yang kerap berziarah ke tempat-tempat keramat.

“Beliau itu dikenal sebagai orang yang dihormati, sering melakukan pembangunan di lokasi-lokasi spiritual. Semuanya dibiayai sendiri, termasuk bahan dan upah para pekerja,” ungkap Asep, pada Minggu pagi (6/4/2025).

Ia menambahkan, pembangunan jembatan dimulai pada awal Januari dan rampung menjelang Idulfitri 2025, membutuhkan waktu sekitar 70 hari. Menurutnya, rencana pembangunan jembatan sebenarnya telah lama direncanakan, dan tokoh dari Sidoarjo tersebut hanya mempercepat realisasinya.

“Ini bukan pertama kalinya beliau membangun sesuatu seperti ini. Di beberapa tempat lain, khususnya di Jawa Timur, beliau juga banyak meninggalkan jejak serupa,” pungkas Asep.

Meski berniat baik, kehadiran jembatan ini kini menunggu kejelasan dari pihak berwenang terkait status perizinannya serta dampak yang mungkin ditimbulkan bagi lingkungan dan budaya lokal.

Pos terkait