Matanusa, Bogor – Ratusan warga Kecamatan Cigombong, bersama sejumlah Organisasi Kepemudaan (OKP) dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) seperti Laskar Merah Putih (LMP), HMI, BPPKB Banten, dan GRIB Jaya, menggelar demonstrasi besar-besaran di pintu masuk MNC Lido, Minggu (1/12/2024). Aksi ini menjadi puncak kemarahan warga atas dampak buruk proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido.
Massa berkumpul sejak pukul 10.00 WIB, membawa spanduk dan melakukan aksi bakar ban. Ketegangan meningkat saat mediasi berlangsung. Pernyataan tertulis dari pihak MNC Lido yang diajukan dalam mediasi justru diprotes keras, bahkan kertasnya disobek oleh orator demo sebagai bentuk penolakan.
“Janji Manis, Realita Pahit”
Salah satu orator, Aqso Bintang Nusantara, mengungkapkan bahwa keberadaan KEK Lido yang digadang-gadang akan membawa kesejahteraan, justru menjadi petaka bagi warga. “Angka pengangguran naik, warga kesulitan mencari pekerjaan di KEK Lido. Kami tidak hanya kehilangan peluang kerja, tapi juga kehilangan Danau Lido, sumber kehidupan kami!” serunya di hadapan ribuan demonstran.
Menurut Aqso, luas Danau Lido telah menyusut belasan hektare dari total 41 hektare akibat reklamasi dan pembuangan limbah proyek. “Danau ini bukan hanya ikon Cigombong, tapi juga tempat mata pencaharian warga. Sekarang, ekosistemnya rusak parah,” tambahnya.
Tuntutan Tegas: “Cabut PP KEK Lido!”
Massa menuntut pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Lido. Mereka juga meminta pihak MNC Lido membuka akses jalan bagi warga dan memulihkan ekosistem Danau Lido.
“Proyek ini bukan untuk rakyat, tapi malah menambah penderitaan! Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, aksi ini akan lebih besar minggu depan,” ancam Aqso.
Demo yang berlangsung hingga pukul 12.30 WIB itu juga menyoroti pelanggaran Peraturan Kabupaten Bogor Nomor 1 tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Para demonstran bertekad untuk melibatkan lebih banyak masyarakat dalam aksi berikutnya.
Suara Warga: “Lido Untuk Siapa?”
Di tengah aksi, terdengar seruan dari warga yang mempertanyakan manfaat proyek ini. “Lido untuk siapa? Bukan untuk kami!” ujar seorang demonstran.
Aksi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan tanpa melibatkan masyarakat lokal hanya akan meninggalkan jejak luka dan kerusakan. Apakah tuntutan mereka akan dijawab? Ataukah aksi ini hanya awal dari protes yang lebih besar? Warga Cigombong menunggu jawaban.