Matanusa, Sukabumi – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi, H. Ade Suryaman, resmi membuka pelatihan bagi guru dan kepala sekolah (in-service learning) dalam rangka pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan sekolah penggerak terkait penyadaran zoonosis pada tingkat pendidikan dasar di wilayah Jawa Barat. Acara tersebut berlangsung di Laska Hotel Sukabumi, pada Selasa (16/07/2024), dan akan dilaksanakan hingga 19 Juli 2024.
Pelatihan ini melibatkan guru dan kepala sekolah dari tingkat SD dan SMP di Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi sendiri dijadikan salah satu daerah percontohan terkait penyadaran zoonosis pada tingkat pendidikan dasar, dengan hasil pelatihan yang akan disampaikan kembali kepada siswa SD kelas 4-6 dan SMP kelas 7-9.
Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, dan sebaliknya. Contoh penyakit zoonosis yang dikenal adalah rabies dan antraks. Dalam sambutannya, H. Ade mengajak para guru dan kepala sekolah untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.
“Kita manfaatkan sebaik mungkin pelatihan ini. Setelah dipilih sebagai percontohan, harus bertekad memberikan yang terbaik kepada anak-anak di sekolah,” ujar H. Ade.
Beliau juga menjelaskan bahwa beberapa modul tentang zoonosis telah disiapkan untuk Kabupaten Sukabumi. Modul tersebut diharapkan dapat dipelajari dan disampaikan kembali kepada siswa.
“Ada sekitar 1.400 zoonosis, namun yang menjadi prioritas ada beberapa yang dituangkan dalam modul,” tambahnya.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian RI, drh. Syamsul Maarif, menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terkait zoonosis sejak dini. Oleh karena itu, target utama dari program ini adalah anak-anak SD dan SMP.
“Kita mulai dari anak-anak. Kita beri pendidikan kepada anak SD dan SMP. Sehingga, pembelajaran zoonosis ini bisa tertanam di anak didik kita,” ungkap drh. Syamsul.
Menurutnya, sekolah penggerak menjadi yang pertama mendapatkan pelatihan ini karena merupakan role model bagi sekolah lainnya.
“Sekolah penggerak nantinya bisa mendeseminasikan terkait zoonosis ini kepada sekolah lainnya. Termasuk anak-anak juga. Sebab, anak-anak merupakan sumber informasi bagi keluarga dan masyarakat tempat tinggal,” bebernya.
Kepala Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat, Mohamad Hartono, menambahkan bahwa kurikulum merdeka sangat fleksibel, relevan, serta interaktif, dan mampu menjawab tantangan, salah satunya terkait isu kesehatan dan lingkungan.
“Zoonosis merupakan isu kesehatan dan guru penggerak bisa ikut andil serta terlibat dalam hal ini,” terangnya.
Dirinya juga siap untuk bersama-sama mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan.
“Mari kita bersama-sama dengan Kementerian Pertanian, Kesehatan untuk turut andil menyebarkan informasi zoonosis, khususnya di Kabupaten Sukabumi,” pungkasnya.