Red/D2
MATANUSA.NET SUKABUMI –
Menindaklanjuti kegiatan audiensi metode pertanian purba dari PANELTECH.US, Jumat, (27/10/ 2023) dilakukan kunjungan dan peninjauan lapangan terkait metode pertanian purba dan pengelolaan sampah untuk pupuk organik yang berlokasi di Gunung Aseupan/Gunung Jati Jl. Cigintung Hilir Rt. 026/06 Desa Cijurey Kec. Gegerbitung, Rabu, 1 Nopember 2023.
Seperti ditekankan dalam pertemuan sebelumnya, Sebagai negara agraris, Indonesia adalah negara dengan tanah yang subur. Artinya Indonesia memiliki modal potensial untuk menjadi negara maju dalam bidang pertanian. Secara umum Jenis pertanian yang sering diterapkan oleh masyarakat adalah pertanian konvensional dan pertanian organik.
BACA JUGA : Jambore Kader Kesehatan Di Grobogan, Gencarkan Sosialisasi Pencegahan Stunting
Dalam tataran praktis, dalam pertanian konvensional, para petani biasanya menggunakan bahan-bahan yang mengandung kimia untuk mempercepat proses panen tanaman serta mendapatkan produktivitas secara maksimal. Sedangkan sistem pertanian konvensional, bahan yang digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman adalah bahan alami sehingga relatif lebih aman dari perspektif kesehatan dan lingkungan berkelanjutan.
Namun faktanya, budaya tani konvensional malah menjadi faktor utama yang menghambat dan berdampak buruk bagi kualitas tanah.
Hal tersebut tentu menjadi masalah bagi lingkungan dan memberikan dampak negatif jangka panjang, Keresahan ini, membuat Prof. Deden lesmana sebagai pengabdi alam/penyedia dan aplikator konsorsium MOL, sekaligus sebagai dosen pakar Fakultas Pertanian mengembangkan gaya bertani yang ramah akan lingkungan dengan nama Pertanian Purba.
Metode pertanian purba diyakini persingkat pola tanam.dan panen sehingga biaya bisa menjadi lebih hemat hingga 70% dengan cukup mengumpulkan sampah dan kotoran hewan.
Menurut Deden, metode pertanian purba adalah pertanian ramah lingkungan, ekonomis dan sehat, pertanian yang cukup mendasar ketika manusia pertama kali di muka bumi, segala-galanya tumbuh tanpa kimia, Metode pertanian purba mengedepankan dengan mikroba atau mikro-organisme lokal (MOL). Konsorsium MOL adalah kumpulan puluhan jenis mikroorganisme yang hidup saling kerja sama dan mempunyai peran mengurai bahan-bahan organik alam menjadi bahan organik yang ramah lingkungan.
Wilayah Kab. Sukabumi, tepatnya di Desa Cijurey Kec Gegerbitung menjadi daerah percontohan atau pilot project penerapan Pertanian Purba. Model pertanian dengan ciri khasnya tanpa melakukan olah tanah, tanpa pemupukan kimia serta tanpa penggunaan pestisida ini diyakini kelak akan menjadi pioner majunya pertanian Indonesia.
Hal ini diungkapkan Kepala Bagian Sumber Daya Alam, Setda Kabupaten Sukabumi, Prasetyo. Dirinya menjelaskan bahwa penerapan model pertanian purba sebagaimana tujuan dasarnya adalah terciptanya hidup sehat tanpa residu kimia. Karena kualitas terbaik manusia adalah memiliki derajat kesehatan yang memadai.
Mengenai tujuan dasar pertanian purba ini disampaikan Prasetyo saat menghadiri kunjungan lapangan tentang metode pertanian purba dan pengelolaan sampah untuk pupuk organik di Desa Cijurey Kec. Gegerbitung.
“Saat ini di Kab Sukabumi sedang melakukan tahap transfer knowladge ke para Poktan di Desa Cijurey Kec Gegerbitung dengan melaksanakan kelas khusus pertanian purba dan pembuatan MOL, di harapkan ke depan terdapat desa desa organik sehingga menjadikan kabupaten Sukabumi menuju Kab Konservasi” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Prasetyo, efek sistemik metode pertanian purba merupakan salah satu solusi dalam ketahanan pangan dan peningkatan produktivitas yang ramah lingkungan dan berorientasi kelestarian masa depan bertani purba, bertani sehat.