Meriah dan Penuh Kearifan Lokal, Upacara Adat Sunda Tampil Memukau di Perpisahan MTs Al-Barkah Sukabumi

Para siswa MTs Al-Barkah tampil anggun dalam balutan busana adat Sunda, bersiap membawakan prosesi upacara adat sebagai bagian dari acara perpisahan kelas IX. Duduk di depan adalah sesepuh adat, simbol penghormatan terhadap nilai leluhur. (Foto: R. Iyan Satria).

Sukabumi | Matanusa.net – Di tengah arus modernisasi dan derasnya pengaruh budaya luar, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Barkah, yang berlokasi di Kampung Ciaul, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, menghadirkan nuansa berbeda dalam acara kenaikan tingkat dan perpisahan siswa kelas IX tahun ajaran 2024–2025, pada Rabu (25/6/2025).

Mengusung tema “Merajut Asa, Satukan Rasa Menjadi Generasi Penerus Bangsa”, acara ini bukan hanya menjadi ajang pelepasan siswa, namun juga panggung penghormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal, khususnya warisan budaya Sunda.

Berbagai penampilan seni ditampilkan oleh siswa-siswi, mulai dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an, pidato bahasa Inggris yang fasih dan penuh percaya diri, tarian nusantara yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia, hingga tari jaipong sebagai bentuk penghormatan terhadap seni tari tradisional Jawa Barat.

Tari tradisional Sunda ditampilkan oleh siswa-siswi MTs Al-Barkah sebagai bagian dari prosesi adat. Gerakan gemulai dan ekspresi penuh makna menampilkan kekayaan budaya lokal yang dipadukan dengan semangat generasi muda menjaga warisan leluhur.

Namun yang menjadi sorotan utama dan menyedot perhatian seluruh undangan adalah penampilan upacara adat Sunda, yang dibimbing langsung oleh Eros Rosidin, guru pembina ekstrakurikuler seni budaya Sunda Jawa Barat di MTs Al-Barkah.

Prosesi Adat yang Sarat Nilai Filosofis

Upacara adat Sunda yang ditampilkan bukan sekadar pertunjukan, tetapi sebuah rangkaian prosesi yang sarat makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Siswa-siswi tampil anggun dalam balutan busana adat Sunda—para pria mengenakan pangsi dan iket, sementara para wanita anggun dengan kebaya dan siger khas Sunda.

Prosesi dimulai dengan “mapag panganten”, sebagai simbol penyambutan tamu kehormatan atau tokoh penting dalam adat Sunda. Kemudian dilanjutkan dengan “sawer pangestu”, ritual pemberian doa restu kepada para lulusan sebagai bentuk simbolis pelepasan menuju masa depan yang lebih luas.

Eros Rosidin menjelaskan, prosesi ini merupakan bentuk nyata dari pelestarian budaya dan pendidikan karakter. “Kami ingin menanamkan bahwa kebudayaan bukan hanya untuk diketahui, tetapi juga untuk dijalani dan dibanggakan. Anak-anak perlu merasa memiliki terhadap budaya mereka sendiri agar tidak tercerabut dari akar jati dirinya,” ungkapnya.

Prosesi adat Sunda berlangsung khidmat saat siswa-siswi berjalan dalam barisan teratur, diiringi payung kuning dan alat musik tradisional. Di tengah prosesi, sesepuh adat memimpin doa dan restu sebagai simbol pelepasan generasi muda ke jenjang kehidupan selanjutnya.

Tak hanya visual, upacara ini juga diiringi dengan musik tradisional degung yang dimainkan secara live oleh siswa, lengkap dengan kendang, suling, dan kecapi, yang semakin menguatkan suasana sakral dan khidmat.

Simbol Harapan: Burung Merpati

Sebagai puncak acara, seluruh hadirin diajak untuk menyaksikan ritual pelepasan sepasang burung merpati, yang telah menjadi simbol universal dalam setiap perpisahan. Merpati putih dilepas ke langit sebagai perlambang harapan, kedamaian, dan kebebasan dalam menapaki masa depan.

Momen ini disambut dengan tepuk tangan dan isak haru dari para orang tua dan guru, menggambarkan betapa dalamnya makna dari setiap detail yang disiapkan dalam acara ini.

Sekolah Sebagai Penjaga Budaya

Melalui inisiatif ini, MTs Al-Barkah menunjukkan bahwa institusi pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai benteng pelestarian budaya daerah. Kehadiran figur seperti Eros Rosidin menjadi contoh penting bagaimana guru dapat menjadi motor penggerak kebudayaan di lingkungan sekolah.

Salah satu adegan dramatis dalam pertunjukan upacara adat Sunda yang menampilkan simbol-simbol kehidupan, restu orang tua, dan peran perempuan Sunda dalam masyarakat. Nuansa budaya terasa kuat di tengah-tengah panggung perpisahan.

Dengan kemasan acara yang apik, edukatif, dan menyentuh, perpisahan tahun ini bukan hanya meninggalkan kenangan manis bagi para lulusan, tetapi juga membangkitkan kembali semangat mencintai budaya Sunda di kalangan generasi muda.

Acara ini menegaskan: masa depan tak hanya dibangun dengan ilmu, tapi juga dengan akar budaya yang kuat.

Pos terkait