Matanusa, Pemalang – Sejumlah warga Pemalang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan (Ampel) menggelar aksi protes terhadap Pemerintah Kabupaten Pemalang terkait masalah sampah yang belum mendapatkan penanganan serius, pada Senin (30/12/2024). Warga mengirimkan ‘hadiah’ berupa dua truk sampah yang diturunkan tepat di depan Pendopo Kabupaten Pemalang. Aksi ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga menciptakan suasana bau busuk yang segera tercium di area tersebut, menggambarkan betapa mendesaknya masalah sampah yang menumpuk di beberapa titik Pemalang.
Aksi ini dipimpin oleh Koordinator Ampel, Muliadi, yang menyatakan bahwa masalah sampah di Pemalang semakin memburuk setelah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pesalakan pada tahun lalu. Menurutnya, penutupan TPA tanpa adanya solusi pengelolaan sampah yang jelas membuat situasi semakin sulit. “Kami kirimkan dua truk sampah ini sebagai simbol bahwa masalah sampah di Pemalang sudah sangat darurat. Pemkab Pemalang harus segera bertindak,” tegas Muliadi.
Muliadi juga menambahkan bahwa aksi ini sekaligus menjadi kado untuk Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, yang berulang tahun pada hari yang sama. “Kami ingin Bupati merasakan langsung bau busuk sampah yang selama ini kami alami setiap hari,” ujarnya. Muliadi berharap agar masalah sampah yang sudah berlarut-larut ini mendapat perhatian lebih dari Pemkab Pemalang.
Bupati Pemalang, Mansur Hidayat, kemudian menemui perwakilan peserta aksi di depan Pendopo Kabupaten Pemalang. Dalam pertemuan tersebut, Bupati menjelaskan bahwa Pemkab Pemalang telah menyiapkan lahan di Susukan, Kecamatan Comal, untuk pengelolaan sampah dengan kapasitas 300 ton per hari. Selain itu, Pemkab juga tengah berupaya membuka kembali TPA Pesalakan, yang sejak Mei 2023 telah ditutup oleh warga setempat.
“Memang, masalah sampah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kami sudah berusaha menyelesaikannya, tapi harapan kami tetap untuk membuka kembali TPA Pesalakan agar Pemalang bisa mengelola sampah dengan baik,” ujar Bupati Mansur. Ia berharap agar warga di sekitar TPA Pesalakan bisa membuka hati dan menerima TPA tersebut beroperasi kembali demi kepentingan bersama.
Muliadi menanggapi hal tersebut dengan menawarkan solusi sementara, yaitu pemanfaatan lahan di Desa Danasari, Kecamatan Pemalang, seluas 2,9 ribu meter persegi untuk tempat penampungan sampah. Ia mengatakan bahwa masyarakat di sekitar lokasi sudah siap untuk menerima sampah sementara sampai ada solusi permanen.
“Jika Pemkab membutuhkan tempat penampungan sementara, kami sudah menyiapkan lahan di Desa Danasari. Masyarakat sekitar juga mendukung dan siap untuk berpartisipasi dalam mengatasi masalah ini,” ujar Muliadi. Namun, ia juga menambahkan bahwa saat ini belum ada kompensasi bagi masyarakat yang bersedia menerima sampah di desa mereka.
Setelah pertemuan dan audensi tersebut, peserta aksi membubarkan diri, dan petugas kebersihan segera membersihkan tumpukan sampah yang masih tersisa di depan Pendopo. Meski aksi tersebut berakhir, masalah sampah di Pemalang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian yang cepat. Warga berharap Pemkab Pemalang bisa segera menemukan solusi yang tuntas dan mengatasi krisis sampah yang telah berlangsung terlalu lama,” pungkasnya.
Untuk diketahui, TPA Pesalakan yang terletak di Desa Pegongsoran, Kecamatan Pemalang, ditutup oleh warga pada Mei 2023. Penutupan tersebut dilakukan karena warga merasa pengelolaan TPA tidak berjalan dengan baik dan menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.