NASA Sebut Es Arktik Sentuh Rekor Terendah Dalam Catatan Satelit

Caption : File foto yang diambil pada 24 Juli 2010 menunjukkan seekor beruang kutub di atas es terapung di Laut Chukchi. Source foto : Antaranews

MATANUSA.NET AMERIKA-

Es laut Arktika diperkirakan mencapai batas minimum tahunannya pada 19 September, menjadikannya tahun keenam terendah dalam catatan satelit, menurut data terbaru yang dirilis NASA pada Senin (25/9).

Sementara itu, es laut Antarktika mencapai luasan maksimum terendah dalam catatan pada 10 September, saat lapisan es seharusnya tumbuh dengan kecepatan yang jauh lebih pesat selama bulan-bulan tergelap dan terdingin, demikian menurut NASA.

Para ilmuwan melacak fluktuasi musiman dan tahunan karena es laut membentuk ekosistem kutub Bumi dan memainkan sebuah peran penting dalam iklim global.

Para peneliti di NASA bersama Pusat Data Salju dan Es Nasional (National Snow and Ice Data Center/NSIDC) Amerika Serikat (AS) menggunakan satelit untuk mengukur es laut yang mencair dan membeku kembali. Mereka melacak luas es laut, yang didefinisikan sebagai total area lautan dengan fraksi lapisan es setidaknya 15 persen.

BACA JUGA : Menolak Minta Maaf Pada Erik Ten Hag, Jadon Sancho Diasingkan Sepenuhnya Dari Fasilitas Tim Utama Manchester United

Dari Maret hingga September 2023, lapisan es di Arktika menyusut dari luas puncak sebelumnya 14,62 juta kilometer persegi menjadi 4,23 juta kilometer persegi. Jumlah es laut yang hilang cukup untuk menutupi seluruh daratan Amerika Serikat, menurut NASA.

Es laut di sekitar Antarktika mencapai luas maksimum musim dingin terendahnya pada 10 September lalu, yaitu 16,96 juta kilometer persegi. Angka tersebut 1,03 juta kilometer persegi di bawah rekor terendah sebelumnya yang dicapai pada 1986, menurut NASA.

“Ini adalah rekor terendah es laut di Antarktika,” ungkap Walt Meier, seorang ilmuwan es laut di NSIDC. “Pertumbuhan es laut tampak rendah di hampir seluruh benua, bukan hanya di satu wilayah saja.”

Meier mengatakan bahwa perubahan tersebut merupakan respons mendasar yang telah berlangsung selama beberapa dekade terhadap kenaikan suhu.

Red/Antara